Seiring perubahan zaman yang semakin modern dan individualis, kesakralan simbol sosial dan religi pada kain tapis mulai tergerus. Kain tapis mulai diproduksi secara massal untuk diperdagangkan ke masyarakat umum. Keunikan pada motif tapis menjadikannya banyak dicari pecinta tenun, sehingga secara otomatis nilai ekonomisnya menjadi cukup tinggi.
Kebesaran alam semesta, terutama keanekaragaman flora dan fauna, menjadi sumber inspirasi motif kain tapis Lampung. Kejayaan masa lalu berupa ketangguhan armada maritim nusantara juga turut menginspirasi pembuatan motif kapal pada kain tapis.
Sebelum kedatangan Islam, pola motif kain tapis sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu. Namun setelah masuk dan menyebarnya ajaran Islam di Lampung, motif kain tapis pun semakin bervariasi dan berkembang. Corak Islam turut mempengaruhi motif tapis dengan munculnya motif arab yang biasanya diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an. Keberadaan motif bernafaskan Islam bukan berarti menghapus motif yang telah ada sebelumnya. Justru para perajin lebih memilih untuk mengkombinasikannya, sehingga terciptalah akulturasi budaya dalam motif sekain tapis.
Metode pembuatan kain tapis hingga saat inipun masih tergolong tradisional karena hanya menggunakan proses sulam. Walaupun telah dikenal metode pembuatan motif dengan cara bordir, namun nilai ekonomis pembuatan dengan cara sulam tetap masih lebih tinggi.
Kain tenun tapis memang termasuk kerajinan tenun dengan nilai jual yang mahal. Hal ini disebabkan kerumitan pembuatan motifnya yang membutuhkan masa penyelesaian hingga waktu berbulan-bulan.