NASYA COLLYER introduced her SIGNATURE Collection.
The Beautiful woven cloth called TAPIS LAMPUNG, is a traditional handmade Saroong from Lampung Sumatra Indonesia. Tapis has so many motives and colours to choose from and takes months to make.
Local people wear Tapis for special occasions, such as weddings and traditional events as a symbol of Pride, Culture and Wealth.
NASYA COLLYER brings this pride to share and inspire the world and to support the local economy with her unique and modern designs, tailored from Tapis weave into a beautiful Dresses and Gowns that people can wear for their own special occasions celebrating life.
Dressing up for special occasions and life’s many events, wedding, evening gown, from office to dinner and to celebrate life is the essence of the NASYA COLLYER Brand.
.
.
.
Kain Tapis, Kemegahan Warisan Kriya Tekstil Tradisional Lampung.
Busana tradisional Lampung identik dengan warna gemerlap, khususnya warna emas. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aksesorinya, antara lain siger, gelang kano, gelang bukhung, dan tanggai yang amat menonjolkan sentuhan warna emas. Selain aksesori, sentuhan warna emas juga dapat ditemukan dalam produk tekstil tradisional Lampung. Salah satu di antaranya adalah kain tapis, yang kini menjadi produk tekstil unggulan provinsi ini.
Kain tapis merupakan produk tradisional Lampung dengan pola motif khusus dari benang emas atau perak. Bahan dasar dari kain ini adalah benang kapas yang ditenun secara tradisional. Motif-motif dekorasi benang emas atau perak dibuat dengan tehnik sulam (cucuk dalam bahasa setempat) tradisional atau tehnik bordir (modern). Kain ini biasanya digunakan kaum perempuan sebagai penutup tubuh bagian bawah, dari pinggang hingga mata kaki.
Motif-motif yang diaplikasikan dalam kain tapis umumnya mengangkat tema alam, terutama flora dan fauna. Ada pula kain tertentu yang mengangkat kehidupan rumah tangga seperti pada kain tapis cucuk andak. Selain itu, terdapat perbedaan motif yang dipengaruhi asal daerahnya, seperti tapis pepadun, tapis peminggir, tapis liwa, dan tapis abung. Motif pada tapis peminggir (pesisir) dominan mengangkat flora sementara motif tapis pepadun(pedalaman) cenderung sederhana dan kaku.
Proses pembuatan kain tapis tradisional terbilang rumit dan harus dikerjakan secara manual, sehingga pengerjaannya dapat memakan waktu berminggu-minggu. Hal ini membuat kain tapis memiliki harga yang relatif mahal.
Kisaran harga kain tapis tradisional amat bervariasi, tergantung kerumitan motif, proporsi penggunaan benang emas, dan umur kain tersebut. Kain tapis sulam produksi baru umumnya berkisar pada angka jutaan rupiah. Jika sudah berumur puluhan tahun, sehelai kain tapis dapat berusia ratusan juta rupiah dan menjadi benda koleksi.
Seiring perkembangan zaman, muncul varian kain tapis yang dibuat dengan tehnik bordir menggunakan mesin. Kain tapis bordir ini dapat diproduksi secara massal dengan waktu pengerjaan yang lebih singkat.
Tehnik bordir juga terbagi lagi menjadi tehnik bordir secara manual dan bordir dengan komputer. Dari segi harga, tapis bordir manual dihargai lebih tinggi dibanding tapis bordir modern. Hal ini terkait tingkat kerumitan pengerjaannya.